Rainbow

Rainbow, Pelangi, seringkali datang atau muncul setelah hujan. Bentuk dan warnanya selalu sama. Cantik.
Begitu pula yang akan saya bagikan dan Anda baca di sini. InsyaAllah selalu membawa arti, setelah mungkin ada gerimis, hujan, atau bahkan badai dalam hidup Anda. Semoga semua tulisan ini dapat mencerahkan Anda seperti Pelangi, membawa makna baru, menghadirkan harapan baru.

Jumat, 20 Mei 2011

These Are Blessings For Me


Saya dibilang pamer, dan saya tertawa.
Saya Tanya, pamer apa? Kamu jawab, pamer penyakit.
Saya kembali tertawa dan bertanya, o ya?
Kamu menjawab, iya.
Saya Tanya, apa buktinya?
Kamu jawab, itu, di status fb, kamu slalu umbar2 kalau mata kamu cacat sekarang. Kemana2 pakai tongkat, padahal kamu masih bisa lihat.
Saya tertawa lagi, dan bertanya, memangnya kenapa?
Kamu jjawab, buat apa tulis2 status, berharap orang2jadi kasihan, gitu? Terus, buat apa kemana2 bawa tongkat, kamu pikir orang2 yang jalan sama kamu ga
malu apa, kamu bawa2 gituan. Kamunya juga masih bisa lihat kan? Masih stopin angkot sendiri, kalau jalan depan kelurahan pakai tongkat, tapi uda sampai
batas komplek, dilipat dan jalan biasa aja, ga pake tongkat lagi. Kamu ini mau menipu semua orang atau gimana?
Saya tertawa untuk ke sekian kalinya, dan bertanya kembali, lalu menurut kamu, saya harusnya gimana?
Kamu jawab, harusnya kamu ga usah update2 status tentang penyakit kamu itu. Kamu piker, dari semua orang yang ada di dunia ini, yang sakit Cuma kamu? Semua
orang juga punya masalah. Tapi ga semua orang mau umbar2 cerita seperti kamu, dan mereka baik2 aja. Kamu memang Cuma pamer.
Saya tersenyum sekarang, namun tetap bertanya, lalu tentang tongkat itu?
Kamu jawab, tongkat itu buat tuna netra kan? Kamu bilang, mata kanan kamu bisa menyerap cahaya, dan mata kiri kamu bisa melihat sosok, dan tidak detail,
tapi masih bisa lihat, kan? Lalu kenapa kamu ‘papaehan’ dan bawa2 itu tongkat? Kenapa kamu ga coba hidup normal aja, dan menerima takdir kamu?
Saya merenung sejenak, dan bertanya, sekarang, saya boleh bicara?
Kamu jawab, silakan.
Saya menghela napas dan berkata, saya sebenarnya tak perlu mengatakan ini semua. Buat saya, ada-tidaknya orang yang menilai, itu tidak penting. Saya tak
peduli orang mau bilang apa tentang saya, tapi kalau kamu mau tahu, saya melakukan itu semua bukan karena saya pamer, atau menipu, seperti katamu.
Saya memang sering update status tentang kondisi saya sekarang. Salah satunya sebagai terapi untuk saya sendiri. Dengan saya berani bicara bahwa saya seperti
ini sekarang, saya belajar menyembuhkan diri saya sendiri. Saya belajar menerima. Karena saya tahu, masih banyak yang pastinya tidak peduli, saya belajar
untuk menerima itu. Masih akan banyak pertanyaan yang akan diajukan jika bertemu saya suatu hari nanti, saya juga belajar untuk menjawab dengan santun
dan senang hati selalu. Semua orang memang punya masalah, dan semua orang punya cara berbeda untuk menyelesaikannya. Saya memilih jalan ini. Bercerita
bisa menawarkan kesedihan hati. Dengan banyak bercerita, saya menyembuhkan diri ini. Jiwa ini. Jika ada yang bersimpati lalu mendoakan, Alhamdulillah,
itu barokah buat saya. Jika ada yang mencaci dan malah ‘mupuas’ saya, saya legowo dan tetap senang hati. Karena pada hakikatnya, semua doa dan makian itu
akan kembali pada yang mengucapkannya.
Tentang tongkat ini. Saya memang menggunakannya sekarang. Untuk perlindungan diri, untuk identitas juga. Saya memang masih dapat melihat, dan itu anugerah
luar biasa buat saya. Allah tahu kemampuan saya dan memberikan penglihatan yang, walaupun tidak seawas orang lain, masih menyenangkan diri saya. Penglihatan
saya tidak seawas orang lain, dan telah saya alami, beberapa kali terantuk atau hamper jatuh karena pada saat saya berjalan, ada gundukan/anak tangga/penghalang
yang tak tertangkap penglihatan saya. Juga telah saya alami, beberapa kali dibilang sombong oleh teman/saudara/kerabat yang bertemu saya, yang belum mengetahui
kondisi saya sekarang, karena saya tidak menyapa mereka, atau tidak seantusias biasanya ketika bertemu mereka.
Alhamdulillah, setelah saya menggunakan tongkat, saya tidak mengalami kesulitan lagi ketika berjalan, utamanya sendirian. Pun, ketika saya bertemu orang2,
mereka kebanyakan otomatis tahu bahwa saya mengalami kekurangan dalam penglihatan, dan Alhamdulillah, masih banyak yang bersedia membantu, memberhentikan
angkot di tempat tujuan saya, misalnya.
 
Jadi, pada intinya, saya berharap semua keterangan saya bisa menjadi ‘sesuatu’ bagi Anda. Bukan maksud saya untuk pamer penyakit, menipu Anda,  atau memohon
belas kasihan. Sama sekali tidak. Saya membutuhkan itu semua hanya untuk kemandirian saya semata. Saya tahu, saya tidak selamanya dapat bergantung pada
orang lain. Saya juga tahu, saya tidak bisa selamanya melakukan segala sesuatu sendirian. Setidaknya, yang dapat saya lakukan sendiri, dapat saya lakukan
sendiri. Jika saya meminta bantuan Anda, itu karena memang ada hal2 yang tidak dapat saya lakukan sendirian lagi. That’s it. Itu saja.
 
*O ya, mengenai jalan di depan komplek itu. Seumur hidup saya tinggal di situ. Bagaimana saya tidak hafal jalan itu. Kalau yang di depan kelurahan sih,
memang karena jalannya tidak rata. Saya tidak mungkin jalan merangkak dan meraba-raba dengan tangan saya, bukan? :D
*Tuna Netra terbagi ke dalam 2 kelompok: Buta total & Low Vision. Saya termasuk yang Low Vision.
 
-Semoga semua makhluk Allah berbahagia.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar